Gara-gara Punya Ciri Fisik Pria, Voni Gagal Dapat Medali Emas

TEMPO Interaktif, Malang - Voni Noviana melesat jauh meninggalkan lawan-lawannya. Tubuh pelari berusia 12 tahun ini seperti peluru yang dilesakkan dari moncong senapan menyusuri lintasan lari sejauh 400 meter yang mengelilingi lapangan sepak bola Stadion Brawijaya Kediri, Senin, 18 Juli 2011. Ayunan kakinya yang cepat dan ringan makin tak terkejar ketika mendekati garis finis. Dan tepat di hitungan 61,67 detik, Voni berhasil menyentuh garis finis di urutan pertama.


Teriakan histeris dan tepuk tangan dari kontingen Jombang di tribun penonton kontan pecah menyambut kemenangan itu. Sebab harapan satu-satunya kontingen ini untuk meraih medali emas di cabang atletik Pekan Olah Raga Provinsi (Porprov) Jawa Timur berada di pundak Voni.

Catatan waktu tersebut mengantarkan pelari bertubuh mungil ini menduduki peringkat pertama dalam nomor lari 400 meter putri. Disusul kemudian dengan pelari asal Malang Abriella Jayanti dengan waktu 62,31 detik dan Nuke Fitriana asal Blitar di urutan tiga dengan waktu 63,55 detik.

Di tengah kemeriahan dan ketegangan menunggu medali emas pertama bagi kontingen Jombang, terjadi kegaduhan di ruang panitia. Sejumlah ofisial dan pelari dari kontingen Malang tampak berdebat dengan Delegasi Atletik Porprov Edy Mintarto. Mereka mencurigai jika Voni Noviana bukan berjenis kelamin perempuan, melainkan laki-laki.

Kepada Edy, kontingen Malang menyebut Voni memiliki ciri-ciri sekunder pria seperti kaki yang berbulu, memiliki jakun pada leher, bersuara besar, serta berdada rata. Namun rambutnya yang panjang sebahu serta sikapnya yang pemalu juga menyiratkan seorang perempuan. “Saya tidak sempat memperhatikan ini sebelumnya,” kata Edy kepada Tempo, Selasa 19 Juli 2011.

Untuk memastikan tudingan itu, Edy segera memanggil perwakilan kontingen Jombang. Dalam pertemuan tertutup selama dua jam yang melibatkan panitia, kontingen Jombang, dan kontingen Malang itu disepakati untuk melakukan pemeriksaan medis terhadap Voni. Sebab kontingen Jombang tetap meyakini jika atletnya benar-benar perempuan.

Sayang keputusan melakukan tes medis itu gagal dilakukan. Voni yang terlanjur kecewa dengan sikap panitia tentang identitasnya menolak mengikuti tes kesehatan. Mengacu pada peraturan International Association of Athletic Federations (IAAF), Edy mengambil keputusan mendiskualifikasinya dari daftar pemenang untuk digantikan peserta di bawahnya.

Dan hanya berselang tiga jam berikutnya, medali emas yang akan dipegang Voni beralih kepada Abreilla Jayanti yang semula duduk di posisi dua. Sejak itu seluruh kontingen atletik Jombang memilih bungkam dan tak mau berkomentar soal itu. “Mereka menyerahkan sepenuhnya pada panitia dan tidak mau berbicara lagi. Kami mencabut rekor kemenangannya dengan persetujuan tertulis dari ofisial,” kata Edy.

Lantas apa alasan Voni hingga menolak mengikuti uji fisik oleh dokter panitia? Salah satu ofisial atlet Jombang yang tak mau disebutkan identitasnya mengatakan gadis cilik itu sangat ketakutan saat dicecar tentang jenis kelaminnya oleh panitia. Apalagi dokter yang didatangkan untuk memeriksa organ intimnya adalah laki-laki. “Dia menangis dan sangat takut saat mengetahui dokternya laki-laki,” kata ofisial tersebut.

Bahkan sesaat setelah mengetahui sikap panitia yang akan mendiskualifikasinya, Voni berteriak histeris dan hendak lari meninggalkan stadion. Beruntung kawan-kawannya segera menenangkan dan mengantarkannya ke penginapan. Dan hari itu pula Voni minta diantar pulang ke rumah orang tuanya di Jombang. “Pagi tadi saya terima kabar dari orang tuanya kalau Voni lari meninggalkan rumah. Dia sangat malu setelah beberapa media memberitakannya sebagai penipu dengan menyaru sebagai laki-laki,” katanya.

Masih menurut ofisial tersebut, Voni ditemukan pelatih atlet Jombang enam bulan lalu. Gadis pendiam ini terlahir dari keluarga tidak mampu, dengan pekerjaan ayahnya sebagai petani. Sejak kecil Voni menjalani kehidupan yang sangat keras. Tak jarang dia ikut membantu ayahnya mencangkul di ladang. Hal inilah yang akhirnya mencetak Voni menjadi gadis yang sangat kuat dan memiliki bentuk tubuh menyerupai anak laki-laki.

Saat ini kedukaan melanda kontingen Jombang, khususnya para pelatih atlet. Mereka mengaku khawatir dengan kondisi Voni yang depresi akibat insiden itu. “Padahal menemukan atlet berbakat seperti dia sangat susah,” keluhnya.

Ketua Kontingen Jombang Suyoto mengatakan hingga saat ini belum ada satu pihak pun yang bisa menentukan status Voni secara pasti. Sejak direkrut dan dilatih sebagai atlet lari, Voni yang mengaku sebagai perempuan langsung ditempatkan di jajaran atlet wanita. Bahkan selama menginap di salah satu hotel di Kediri, Voni ditempatkan satu kamar bersama atlet perempuan lainnya. “Kami kan tidak memeriksa organ intimnya,” kata Suyoto.

Namun demikian, pihaknya tidak akan melawan keputusan diskualifikasi yang diambil panitia karena memang diatur dalam aturan lomba. Pihaknya juga sudah membujuk Voni agar bersedia menjalani tes medis meski akhirnya ditolak. Sebagai ofisial, Suyoto merasa tak memiliki hak untuk memaksa Voni menjalani tes yang sangat pribadi itu.

Jika kelak Voni memutuskan tetap menekuni olahraga, Suyoto akan memastikan terlebih dulu jenis kelaminnya. Meski tidak melakukan pemeriksaan fisik, Suyoto akan menanyai kedua orang tuanya tentang kondisi fisik Voni yang sebenarnya. Hal itu untuk mengetahui sejauh mana kecenderungan hormon seksual Voni sebagai perempuan atau laki-laki. “Daripada ada masalah lagi di belakang hari,” katanya.
Sumber :

0 comments:

Post a Comment